IPERINDO Rayakan HUT ke-57, Soroti Pentingnya Infrastruktur Menuju Galangan Kapal
Kapasitas galangan kapal di Indonesia saat ini mampu membangun kapal baru hingga satu juta Tonase Bobot Mati (DWT) per tahun.

Majalah Intra, Jakarta – Rayakan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-57, Ikatan Perusahaan Industri Kapal dan Lepas Pantai Indonesia (IPERINDO) mengadakan acara buka puasa bersama sekaligus santunan anak yatim dengan tajuk ‘Tingkatkan Silaturahmi dan Saling Berbagi di Bulan Suci Ramadan 1446 H’ di Ballroom Hotel Bidakara, Jakarta, Selasa (11/3/2025).
Pembukaan acara dengan pembacaan Al-Qur’an dan sambutan dari para pengurus IPERINDO, dilanjutkan dengan bakti sosial untuk anak yatim dari berbagai yayasan, serta tausiah yang disampaikan oleh Ustaz Budiman Hanif.
Turut hadir dalam acara ini, Ketua Umum IPERINDO Anita Puji Utami, Dewan Penasihat IPERINDO sekaligus anggota dewan Partai Gerindra Bambang Haryo Soekartono, serta perwakilan Kemenperin, Sungkono.
Selain itu, hadir pula anak-anak dari berbagai panti asuhan antara lain Yayasan Hajjah Andi Hasmah Noor, Panti Asuhan Al Khairiyah, Panti Asuhan Mizan Amanah Bugis Kebon Bawang, dan Panti Yauma Asrama Yatim & Dhuafa.
Usai berbuka puasa bersama, Bambang Haryo Soekartono menekankan pentingnya industri maritim dalam mendukung perekonomian nasional. Bambang menyoroti kebutuhan insentif bagi industri galangan kapal, termasuk harga gas yang lebih kompetitif dari PGN dan Pertamina, serta insentif kelistrikan yang lebih murah dibandingkan industri lainnya.
“Transportasi laut sangat berpengaruh terhadap perekonomian dan industri maritim menjadi tulang punggungnya. Oleh karena itu, diperlukan dukungan khusus, baik dari sisi harga gas maupun insentif lainnya agar industri galangan kapal dapat berkembang dengan baik,” ujarnya.
Selain itu, Bambang juga menyoroti kompleksitas regulasi yang sering tumpang tindih antara kementerian dan lembaga, yang menurutnya perlu disederhanakan agar industri galangan kapal di Indonesia dapat lebih kompetitif.
“Jika regulasi ini bisa dipermudah, iklim industri galangan kapal akan makin baik, sehingga transportasi laut juga makin lancar,” tambahnya.
Ketua Umum IPERINDO, Anita Puji Utami, menyampaikan bahwa industri galangan kapal makin berkembang dan mandiri, tetapi masih membutuhkan dukungan kebijakan dari pemerintah. Anita mengusulkan pembebasan PPN bagi industri pelayaran, serta kemudahan bea masuk bagi barang-barang impor yang masih diperlukan dalam produksi kapal.
“Kami berharap adanya pembebasan PPN seperti yang sudah diterapkan di industri pelayaran. Selain itu, regulasi terkait bea masuk juga perlu dipermudah untuk kelangsungan industri ini,” jelasnya.
Anita juga menyoroti pentingnya infrastruktur menuju galangan kapal yang masih terbatas di beberapa wilayah pesisir. Anita mengusulkan agar pemerintah daerah turut berperan dalam memperbaiki akses akses logistik agar industri galangan kapal dapat beroperasi lebih optimal.
“Kami juga sudah membayar pajak, tetapi masih dibebankan dengan PNBP (Penerimaan Negara Bukan Pajak) yang terkesan tumpang tindih. Kami berharap pemerintah dapat memberikan fasilitas yang lebih adil seperti pengerukkan dan pendalaman jalur akses menuju galangan kapal,” tegasnya.
Lebih lanjut, Anita juga mengapresiasi BUMN dan swasta yang mulai memesan kapal dari industri dalam negeri. Namun, Anita menekankan bahwa pemerintah perlu memastikan kebijakan yang berpihak pada industri lokal agar produksi kapal dalam negeri tidak kalah bersaing dengan kapal impor.
Perwakilan Kemenperin, Sungkono, menyikapi apa yang disampaikan oleh ketua umum IPERINDO dan Bambang Haryo, Sungkono menyatakan bahwa IPERINDO merupakan mitra strategis pemerintah dalam mendorong pertumbuhan industri galangan kapal di Indonesia.
“Tanpa industri galangan kapal yang kuat, konektivitas transportasi laut tidak akan berjalan dengan baik. Oleh karena itu, kami terus berupaya menerbitkan regulasi yang mendukung pertumbuhan industri ini,” katanya.
Sungkono juga mengungkapkan bahwa kapasitas galangan kapal di Indonesia saat ini mampu membangun kapal baru hingga satu juta Tonase Bobot Mati (DWT) per tahun dan mereparasi kapal hingga 12 juta DWT per tahun.
Dengan adanya dukungan kebijakan dari pemerintah, diharapkan kapasitas ini dapat terus meningkat sehingga industri galangan kapal nasional makin berdaya saing.
“Dengan sinergi antara pemerintah dan seluruh pemangku kepentingan, kita bisa memperkuat industri ini dan menjadikan Indonesia sebagai poros maritim dunia,” ucapnya.
Acara buka puasa bersama ini tidak hanya sebagai silaturahmi bagi pelaku industri kapal, tetapi juga momentum untuk membahas tantangan dan solusi bagi kemajuan industri maritim Indonesia.